PLUVIOPHILE
Seperti
hari ini, akhirnya aku kembali dibalik meja ini dengan beberapa tulisan
tulisan yang berhamburan dalam file file Laptop, selalu ada motivasi untuk
menyusunnya menjadi rangkaian narasi tapi menjadi lemah ketika ingin memulai
hehehe......
Tapi
kali ini, aku akan mencoba untuk lebih serius untuk memulai keinginan menulis
ini, memang semuanya harus dipaksa, tidak akan pernah bisa nabung kalau enggak ada
kemauan keras untuk memulai menyisihkan sebagian uang, tidak bakal punya tubuh
dengan berat badan ideal kalau tidak dipaksa rutin olahraga dan menjalani hidup
sehat.
Sama
dengan keinginan menulis dan menciptakan karya, harus dipaksa, tidak perduli sudah
diusia berapa aku saat ini, kalau goal
yang dari beberapa tahun lalu tertanam belum direalisasikan sama sekali.
Setiap
manusia diciptakan dengan unik, dan tentunya setiap dari mereka akan menemukan
apa yang menjadi takdirnya.
Hari ini Makassar Hujan, dan ini merupakan
hari ke delapan Kota daeng ini diguyur oleh air yang menurut ku lebih banyak dari
musim hujan ditahun sebelumnya, entah karena aku terlalu meresapi dari setiap
moment yang muncul saat hujan atau memang hujan adalah sebuah kondisi dimana
selalu menempatkan aku untuk mampu melihat banyak hal kedalam diri ku sendiri.
Sebagian
dari teman teman menganggap bahwa sifat ini adalah berlebihan atau karakter cowok
baper, karena terlalu serius menyikapi setiap momentum, tapi terlepas dari
stigma sosial tersebut, aku juga harus berani jujur pada diri sendiri bahwa
seperti itulah mungkin kondisinya, sambil tersenyum aku memikirkan hal tersebut
diantara kesibukkan ku merangkai susunan kata dalam tulisan ini. Dan diluar
hujan masih sangat deras. Sebuah fikir yang sangat berbeda ketika hujan tak
hadir
Inilah
sebabnya aku menyukai hujan.
Aku
menemukan kejujuran dari rintik air yang turun, dan aku melihat kejujuran dari
mereka yang menyambut musim ini, kejujuran yang begitu nyata tentang kerinduan, atau kekhawatiran.
Ada
sebuah ruang yang muncul dalam diri manusia ketika hujan tiba, dan aku yakin
ini hadir di setiap orang, sebuah ruang teduh yang memberikan sedikit
ketenangan, dalam diri.
Fenomena
ini bukanlah hal yang biasa, ini merupakan cara kerja alam semesta bukan hanya
tentang lingkungan yang ada disekitar kita, bukan tentang tanah yang mungkin
membutuhkan air agar kembali subur dan para petani akan bersukaria karena hasil
panen akan melimpah atau tentang sumur kering di desa Embo kabupaten Jeneponto
yang pasti akan kembali terisi oleh limpahan air saat musim penghujan tiba
Tapi
ini tentang keadaan dalam jiwa yang memang membutuhkan hujan, agar pertemuan
dalam renung dari rinai hujan itu terjadi.
Sebuah fikir yang timbul karena terdiam
menatap kearah luar jendela dimana bumi basah dengan suhu menjadi dingin.
Inilah cerita Seorang Pluviophile yang menyukai hujan bukan
hanya dengan melihatnya saja, tetapi juga rela jika hujan membasahi
mereka, bahkan terkadang ada hasrat untuk bermain di tengah hujan. Seorang Pluviophile juga merasakan kedamaian serta
kebahagian di kala hujan turun. Apakah kamu salah
satu dari mereka?
Kadang
memang manusia tidak berdaya ketika menemukan kenyataan tentang dirinya,
makanya banyak dari kita bersembunyi dan berbohong pada diri sendiri, yang mana
hal tersebut dilakukan secara terus menerus dan
manusiapun akhirnya menjadi sangat ahli untuk berbohong pada keadaan
nyata dirinya. Jujur aku ingin mengatakan satu hal, pada kamu yang membaca
tulisan ini, bahwa esensi manusia pada dasarnya adalah mahluk social, ini
adalah paradigma dasar sosilogis, namun konsekuansi dari pemahaman mahluk
social ini akan memberikan dampak yang
sangat positif bagi pertumbuhan manusia dan kesehatan mentalnya, apabila
benar benar dijalankan tanpa sekat ego,
hak atas orang lain pada dirimu adalah mendengarkan,begitu pula hak kamu pada
orang lain untuk didengarkan, walau kadang banyak dari kita yang cenderung
lebih ingin didengarkan.
Seperti
sebuah hujan, ia merupakan fenomena alam yang salah satu manfaatnya adalah mengurai
kandungan Carbon CO2, agar udara kembali
menjadi segar, dan memberikan dampak yang baik untuk ekosistem yang ada
didalamnya. Seperti itu pula mendengarkan, nasehat ini sederhana tapi aku yakin
saat hal ini aku sampaikan padamu, kamupun pasti akan memberikan banyak argumen,
yang disana ada sebuah dinding yang sengaja kamu buat untuk bersembunyi dari
kenyataan yang ada dalam diri kamu sendiri, berhentilah menjadi takut pada hal
hal yang akan membuat mu sakit dan sedih, biarkan dia keluar pada sebuah dialog indah dengan ku yang benar
benar menjadi hujan pada jiwa mu yang telah begitu banyak terpolusi oleh peristiwa yang dilalui
dari waktu ke waktu.
Hari
ini kamu boleh mengatakan apapun yang ingin kamu sampaikan, aku tau, karena hal
tersebut pernah dirasakan oleh siapapun, dimana saat kamu membutuhkan tempat
untuk memecahkan semua masalah mu, tapi tidak menemukan siapapun yang dapat
membantumu, dan akhirnya kamu menemukan nuranimu perlahan berbisik dengan wejangan positif yang sering terdengar dari
nasehat orang tua tatkala kita menemukan
masalah, dan kemudian kita berdamai dengan masalah tersebut tanpa menyelesaikan
inti kondisi yang sebenarnya, mungkin hujan hari ini bisa membersihkan diri
kita dari alasan alasan itu.
Makassar, Juli 2019
Komentar